Senin, 06 November 2017

Ujian CP 1 Pengantar Manajemen A

Nama : Mohammad Rahmatullah
NIM   : 01217007

Soal
1.  Tugas anda adalah membuka link
    http://nurizzahmaulidina.blogspot.co.id/2017/04/contoh-kasus-manajemen-risiko.html
2. Bacalah dan pilihlah salah satu kasus kasus yang ada lalu buatlah analisis pemahamanmu pada kasus tersebut dalam bentuk skema .

RISIKO KREDIT
PT KIANI KERTAS
Prabowo dan 'Kebocoran' di PT.Kiani Kertas
Kembali, lebih dari 1000 orang karyawan PT. Kiani Kertas (Kertas Nusantara) dijadwalkan akan demo di depan kantor pemkab Berau Kalimantan Timur karena tunggakan gaji yang tidak diterima karyawan selama lebih dari 5 bulan. Pembayaran ini sudah ditunggak sejak bulan Agustus tahun lalu, karena kondisi keuangan perusahaan kertas terbesar di Asia tersebut dalam kondisi kritis. Ada apa dengan PT. Kiani Kertas? Bukankah dulu perusahaan ini berkibar dan sangat menguntungkan?Mengapa kini dalam kondisi terengah-engah? Salah kelola seperti apa? Apa ada yang bocor? Menurut Suyadi, Ketua DPC SBSI Berau Kaltim, sebelum diambil alih oleh Prabowo, kondisi PT. Kiani sangat sehat. Pabrik berjalan dengan baik, karyawan sejahtera, penduduk sekitar yang memiliki pohon diuntungkan juga dengan menyuplai ke PT. Kiani Kertas.Sebelum diambil alih oleh Prabowo, perusahaan itu sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan berhasil meningkatkan taraf perekonomian di Berau.Tetapi sekarang, walupun mesin-mesin masih baik, suplai kayu sudah ada (dari masyarakat sekitar yang menanam pohon kayu di HTI), tetapi mengapa justru produksi dihentikan?Pengambil Alihan PT. Kiani Kertas dari Bob Hassan ke Prabowo Dulu perusahaan ini merupakan perusahaan milik Bob Hassan. Perusahaan ini diambil alih oleh BPPN terkait penyelesaian hutang Bank Umum Nasional milik Bob Hassan senilai Rp 8,9 Trilyun. Berarti dalam hitungannya ketika itu tentu nilai PT. Kiani Kertas senilai Rp 8,9 Trilyun. Tahun 2002, BPPN menawarkan kepada perusahaan milik Prabowo Subianto, PT. Voyala, yang kemudian membeli semua saham PT. Kiani senilai Rp 7,1 Trilyun. Dari nilai tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri. Tetapi kemudian PT. Kiani terjerat dalam kredit macet tidak mampu membayar hutangnya ke Bank Mandiri.
Pada tahun 2005, Prabowo dipanggil oleh Kejagung sebagai saksi penyaluran kredit dari Bank Mandiri ke PT. Kiani Kertas, karena ada temuan dari Kejagung dan BPK terdapat perbuatan melawan hukum dalam penyaluran kredit Rp 1,89 Trilyun yang berpotensi menimbulkan kerugian negara. Tetapi tahun 2011, kasus ini di SP3kan oleh Kejagung. Penyelamat Prabowo dalam masalah kredit macet PT. Kiani Kertas adalah Hasyim Joyohadikusumo, yang pada tahun 2007 menyetorkan uang ke Bank Mandiri senilai US$ 50 juta, sehingga PT. Kiani bisa melakukan restrukturisasi hutang. Pada tahun 2011, PT. Kiani digugat pailit ke PN Jakpus karena tidak mampu membayar hutang dengan no register perkara 31/Pailit/2011/PN Niaga Jakpus.
PT.Kiani lolos dari gugatan pailit setelah 89% atau 120 kreditur dari 143 setuju memberikan perpanjangan masa pembayaran hutang. Keputusan ini diambil dari rapat pemungutan suara yang diadakan untuk memutuskan atau menolak proposal perpanjangan hutang oleh perusahaan milik Prabowo tersebut. Perpanjangan masa pembayaran terhitung mulai 2013, selama 15 tahun untuk kreditur separatis dan 20 tahun untuk kreditur konkuren Data kurator kepailitan menunjukkan bahwa hutang perusahaan terdiri dari :
1. Rp 7,94 Trilyun kepada kreditur separatis (kreditur utama atau pemegang jaminan kebendaan atau asset, prioritas mendapatkan pembayaran penjualatan kepailitan)
2. Rp 5,6 Trilyun kepada kreditur konkuren yang diakui
3. Rp 734 milyar kepada kreditur konkuren yang diakui sementara
Yang mengherankan, ternyata Prabowo meminjam kepada asing. Jadi kreditur separatis senilai Rp 7,94 Trilyun itu adalah JP Morgan Europe Ltd, Credit Suisse International, Boshendal Investment Ltd, Langass Offshore Inc. Lah, ini sami mawon donk, dimana letak nasionalismenya? Tidak semua kreditur menyetujui proposal perpanjangan hutang tersebut. Salah satunya adalah Allied Ever Investmen Ltd, yang menyatakan bahwa proposal dibuat sederhana. Padahal hutang yang dibuat oleh PT. Kiani Kertas ini dulu Rp 14,3 Trilyun. Kuasa hukumnya menyatakan: 'Banyak hal yang seharusnya diperiksa dan dipelajari. Apalagi laporan keuangan mereka juga tidak diaudit.Yang diaudit baru disampaikan kemarin.'Dana yang dipinjam memang sangat besar sekali.Nilainya trilyunan rupiah.Jika perusahaan tetap sekarat, cashflow perusahaan untuk bergerak tidak ada, bukankah penzaliman namanya terhadap karyawan yang ada beserta masyarakat sekitar yang menumpukan hidupnya dengan keberadaan perusahaan ini?Kemana larinya hasil produksi dulu yang sempat sangat baik?Dan kini, perusahaan itu masih berdarah-darah.Apakah Prabowo tidak berminat menutup kebocoran disini dengan serius pembenahan manajemen di PT. Kiani Kertas alias Kertas Nusantara ini?
ANALISIS
1.      Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya?
Perusahaan terlibat utang untuk keperluan bisnis karena ada pemindah alihan kepemilikan perusahaan dari Bob Hasan ke PT. Voyala, perusahaan milik Prabowo Subianto yang membeli seluruh saham PT. Kiani yang senilai Rp 7,1 Trilyun namun dari nilai tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri
2.      Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?
PT. Kiani menjadi terlibat utang kepada Bank Mandiri, dan kepada beberapa pihak kreditur lainnya yang berupa kreditur separatis, kreditur konkuren yang diakui, kreditur konkuren yang diakui sementara, serta kreditur asing seperti JP Morgan Europe Ltd, Credit Suisse International, Boshendal Investment Ltd, Langass Offshore Inc.
3.      Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?
Karena perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya kepada para kreditur unuk saat ini, maka perusahaan sempat digugat pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun perusahaan berhasil lolos dari gugatan tersebut dan mendapat perpanjangan waktu untuk melunasi kewajibannya dari para kreditur
4.      Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?
Risiko Likuiditas
Perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada bank dan sejumlah pihak yang menjadi krediturnya meskipun sudah mendapat perpanjangan waktu karena perusahaan tidak beroperasi dengan baik.
Risiko Operasional
Perusahaan memiliki risiko operasional karena ada perubahan kepemilikan perusahaan yang secara langsung merubah dan mengganggu sistem operasional serta manajemen internal perusahaan menjadi tidak berfungsi dengan baik dan menimbulkan masalah
Risiko Tenaga Kerja
Perusahaan yang tidak produktif dengan baik seperti sebelumnya menghasilkan risiko kepada perusahaan tidak bisa membayar gaji para tenaga kerjanya dengan sesuai.
5.      Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan kredit atau berhutang?
Karena sebelum pemindah alihan kepemilikan perusahaan, PT Kiani Kertas sudah dapat beroperasi dengan baik tanpa terlilit oleh utang, maka dari itu perusahaan seharusnya bisa tetap mempertahankan sistem manajemen dan operasional mereka dengan baik agar perusahaan tetap berproduksi dengan lancar dan perusahaan bisa mendapatkan keuntungan.
Sistem manajemen internal yang baik, mengurangi pengeluarkan perusahaan yang tidak penting, memaksimalkan penggunaan asset yang dimiliki perusahaan serta memanfaatkan sumber daya dari lingkungan sekitar perusahaan untuk kebutuhan produksi dapat menghemat biaya perusahaan daripada perusahaan harus meminjam dana kepada kreditur untuk kebutuhan produksi


Memilih kasus pada : RISIKO KREDIT PT KIANI KERTAS

Penjelasan dari Bagan diatas :

Memetakan Kondisi saat ini  didalam study kasus :
1)      Subjek di dalam kasus : lebih dari 1000 orang karyawan PT. Kiani Kertas (Kertas Nusantara)

2)      Kegiatan yang dilakukan :  dijadwalkan akan demo di depan kantor pemkab Berau Kalimantan Timur

3)      Penyebab dari Kegiatan tersebut :  karena tunggakan gaji yang tidak diterima karyawan selama lebih dari 5 bulan.

4)      Penyebab tunggakan Gaji : Pembayaran ini sudah ditunggak sejak bulan Agustus tahun lalu, karena kondisi keuangan perusahaan kertas terbesar di Asia tersebut dalam kondisi kritis

5)      Apa yg dengan PT. Kiani Kertas?
KONDISI SEBELUMNYA  : Menurut Suyadi, Ketua DPC SBSI Berau Kaltim, sebelum diambil alih oleh Prabowo, kondisi PT. Kiani sangat sehat. Pabrik berjalan dengan baik, karyawan sejahtera, penduduk sekitar yang memiliki pohon diuntungkan juga dengan menyuplai ke PT. Kiani Kertas.Sebelum diambil alih oleh Prabowo, perusahaan itu sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan berhasil meningkatkan taraf perekonomian

Kondisi saat ini
Pengambil Alihan PT. Kiani Kertas dari Bob Hassan ke Prabowo Dulu perusahaan ini merupakan perusahaan milik Bob Hassan. Perusahaan ini diambil alih oleh BPPN terkait penyelesaian hutang Bank Umum Nasional milik Bob Hassan senilai Rp 8,9 Trilyun. Berarti dalam hitungannya ketika itu tentu nilai PT. Kiani Kertas senilai Rp 8,9 Trilyun. Tahun 2002, BPPN menawarkan kepada perusahaan milik Prabowo Subianto, PT. Voyala, yang kemudian membeli semua saham PT. Kiani senilai Rp 7,1 Trilyun. Dari nilai tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri. Tetapi kemudian PT. Kiani terjerat dalam kredit macet tidak mampu membayar hutangnya ke Bank Mandiri.

Analisis masalahnya adalah : Penyelesaian Hutang kepada Bank Umum Nasional milik Bob Hassan senilai Rp 8,9 Trilyun. dan Kemudian PT Kiani terjerat kredit macet tidak mampu membayar hutang di bank mandiri

Analisis Solusi :
Sebelum melakukan hutang di bank atau instansi perusahaan lain pada umumnya pihak perusahaan telah melakukan analisis kemampuan perusahaan mengembalikan hutang dengan nominal tertentu sebelum memutuskan hutang dengan melihat laporan keuangan. Pada data di study kasus tidak terdapat data yang menyatakan bahwa perusahaan tidak melakukan analisis kemampuan perusahaan terhadap hutang yang diambil. Jika melihat pada akhirnya perusahaan tidak mampu melakukan pelunasan terhadap hutang, menurut saya tentu ada yang keliru jika perusahaan melakukan hutang. Didalam kasus saya tidak menemukan data sebagai pijakan untuk perusahaan melakukan hutang. Jikalau saya menjadi manajer yang menghadapi kasus ini (sebelum hutang) saya tidak mengambil keputusan untuk hutang, kalaupun jika hutang dengan nominal yang lebih kecil dari nominal tersebut (prinsipnya yang mampu dibayar oleh perusahaan) dan mengambil kebijakan efisiensi pada biaya produksi, seperti biaya bahan baku produksi, mesin, atau bahkan memberhentikan sebagaian karyawan. Tentu hal ini akan mempengaruhi produktifitas perusahaan dalam hal ini jumlah produksi kertas akan menurun, maka omset juga akan menurun. Kebijakan ini diambil dalam rangka menstabilkan kondisi perusahaan agar perusahaan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Setelah dirasa perusahaan sudah stabil kemudian baru meningkatkan produktifitas perusahaan.
Jika saya dihadapkan sebagai manajer yang harus mengambil keputusan dalam kondisi perusahaan sudah terlilit hutang, pailit. Hampir bangkrut. Karena pada kasus tersebut juga dibawa ke ranah hukum maka kebijakan yang saya ambil adalah menyelesaikan terlebih dahulu proses hukum. Kemudian mengaudit laporan perusahaann pada pra hutang (kemana larinya keuntungan perusahaan) sampai pada saat ini untuk menganalisis kenapa bisa sampai perusahaan dalam kondisi pailit, tentu pihak bank/instansi lain memberikan kredit hutang ketika keuangan perusahaan dalam kondisi sehat.  Ada data yang menyatakan proposal dibuat sederhana. Menyelidiki kemana larinya aliran dana keuntungan dimana perusahaan dulu pernah jaya. Dan membenahi struktur manajemen dalam hal check and balanced (saling mengawasi) belum berjalan dengan maksimal sehingga tejadi kebocoran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar